Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sistem Pengapian Konvensional : Pengertian, Fungsi, Komponen, Dan Cara Kerja

Sistem Pengapian - Pada materi ini kali kami ingin mengulas mengenai fungsi, komponen, dan cara kerja sistem pengapian konvensional. Hal ini penting karena sistem pengapian pasti ditemukan pada kendaraan.

Pernahkan tebersit dipikiran anda, kenapa busi pada mobil itu dapat keluarkan api dan dari mana asalnya?

Busi pada mesin bensin itu, sesungguhnya tidak keluarkan api. Tetapi, busi ini cuman mengkonversi energi listrik jadi recikan bunga api. Listrik dalam formasi besar ini, mempunyai karakter seperti api yang panas dan bisa membakar.

Proses pembakaran ini harus disesuaikan dengan kondisi mesin. Oleh karena itu terdapat berbagai pengaturan seperti durasi pembakaran, saat pembakaran, dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya terkait sistem pengapian konvensional akan diulas pada artikel berikut ini.

sistem pengapian

Pengertian sistem pengapian

Sistem pengapian ialah satu sistem yang mempunyai fungsi yakni hasilkan recikan-percikan bunga api listrik dibusi di saat yang pas untuk mengawali proses pembakaran kombinasi di antara bahan bakar dan udara di dalam ruangan bakar pada mesin bahan bakar.

Konsep yang sudah digunakan pada sistem pengapian, ialah pengubahan energi dari energi listrik jadi recikan api. Pada intinya, energi listrik diganti ke wujud energi kalor, tetapi karena ketidaksamaan prospektif di antara ke-2 kutub cukup besar maka muncul loncatan elektron.

Cara agar terjadi beda potensial yang besar

Jadi ini ialah pekerjaannya dari transformator tahap up, dan trafo tahap up ialah dua jenis buah kumparan listrik yang mempunyai jumlah belitan sekunder semakin banyak daripada belitan primer.

Jika ada arus listrik di alirkan ke kumparan primer, karena itu arus listrik pada kumparan sekunder mempunyai tegangan semakin tinggi.

Untuk memperoleh tegangan sekunder yang semakin tinggi, karena itu ketidaksamaan jumlah belitan primer dan sekunder dibikin semakin besar.

Fungsi sistem pengapian

Fungsi sistem pengapian itu cuman satu, yaitu membakar kombinasi udara dan bensin yang sudah dikompresi (saat akhir cara kompresi) cuman pada mesin bensin.

Agar dapat membakar campuran bahan bakar dan udara maka sistem pengapian juga berperan untuk meningkatkan tegangan baterei jadi 10.000 volt ataupun lebih. Tegangan tinggi itu kemudian dialirkan ke masing-masing busi lewat distributor dan kabel tegangan tinggi.

Loncatan bunga api pada busi dibutuhkan oleh mesin bensi. Hal ini untuk menghidupkan kombinasi udara dan bahan bakar yang sudah dikompresikan oleh piston dalam silinder.

Kenapa cuman pada mesin bensin ?

Ini karena mesin diesel yang memiliki bahan bakar solar itu, memakai pembakaran automatis atau dikenali sebagai self combustion . Sehingga tidak membutuhkan serangkaian sistem pengapian.

Proses pembakaran mesin bensin

Dalam transisi mesin bensin 4 tidak, kita mengenali cara hirup, cara kompresi, cara usaha dan cara buang.

Busi, cuman akan berpijar saat kombinasi bensin dan udara terkompresi. Ini terjadi saat akhir cara kompresi saat piston capai TMA (titik mati atas).

Dengan begitu, dapat diambil kesimpulan jika sistem pengapian tidak bekerja secara stabil, tetapi secara jeda.

Untuk pelajari pola sistem pengapian dengan detil, dapat anda baca pada artikel ini ; 4 Serangkaian pengapian pada mesin bensin dan Konsep kerja sistem pengapian pada mobil dengan detil

Jenis Tipe Sistem Pengapian

Rupanya, ada beberapa jenis sistem pengapian. Diantaranya ;

1. Pengapian konvensional

Sama namanya, pengapian konvensional ialah sistem yang bekerja secara konvenional memakai contact teknisi untuk tentukan jeda busi berpijar.

2. Pengapian transistor

Sistem ini, disebutkan sebagai pengapian electronic karena telah memakai transistor sebagai alternatif contact teknisi.

Pengertian sistem pengapian transistor, ialah proses pengubahan listrik jadi api, dengan kontribusi transistor yang bekerja sebagai sakelar electronic yang putuskan arus primer coil.

Meskipun begitu, pada umumnya pola pengapian transistor hampir serupa dengan pengapian konvensional.

3. Pengapian DLI

Sistem pengapian DLI ialah pola pengapian yang tidak diperlengkapi dengan distributor. Distributor sendiri ialah elemen untuk membagi arus tegangan tinggi dari coil. Sistem pengapian ini yang terbanyak dijumpai pada mobil EFI sekarang ini.

4. Pengapian CDI

Jenis pengapian yang lain yaitu CDI. Jenis pengapian ini ialah sistem pengapian pada sepeda motor (mesin silinder tunggal) yang memakai capasitor untuk sumber pembangkit induksi pada coil.

Komponen Sistem Pengapian

komponen sistem pengapian

Keterangan

  1. Baterei
  2. Sekring (fuse)
  3. Kunci contact
  4. Koil pengapian (Ignition coil)
  5. Contact platina (breaker point)
  6. Kondensor
  7. Rotor
  8. Tutup distributor
  9. Kabel tegangan tinggi
  10. Kabel busi
  11. Busi (spark plug)

Kita tidak ulas sama posisi di atas mengenai perannya.

1. Baterai

Baterei atau aki ini berperan untuk menyiapkan arus listrik tegangan rendah yang biasanya 12 volt untuk ignition coil. Elemen ini benar-benar penting untuk sistem pengapian konvensional, karena itu panggilan lain dari sistem pengapian ini ialah sistem pengapian baterei

2. Sekring (Fuse)

Sekering berperan untuk menahan kerusakan komponenkomponen sistem yang karena arus terlalu berlebih. Dalam kata lain sebagai perlindungan serangkaian Jika arus terlalu berlebih lewat serangkaian, karena itu sekring akan berasap atau terbakar dan mencair. Hingga sistem terbuka dan sistem tidak bekerja.

3. Kunci contact

Kunci kontak berperan untuk menghubung dan putuskan arus dari baterei ke serangkaian sistem pengapian. Dan perlu anda kenali, sistem pengapian mulai bekerja di saat kunci contact on.

4. Koil Pengapian

Koil pengapian berperan mengubah arus listrik 12 volt yang diterima dari baterei jadi tegangan yang tinggi untuk hasilkan bunga api yang kuat pada sela busi Konsep kerjanya mengaplikasikan hukum faraday.

Jika magnet dijauh dekatkan pada suatu belitan dengan cepat, karena itu belitan akan hasilkan tegangan induksi.

Bagaimana dengan coil?

Di dalam coil ada dua buah belitan yang disebutkan belitan primer dan sekunder. Belitan primer akan dialiri arus dan diputus dengan mendadak, hingga kemagnetan elektromagnet akan ada dan raib secara mendadak. Mengakibatkan terjadi induksi pada belitan sekunder.

5. Contact platina (breaker point)

Contact platina sebagai sisi dari distributor pengapian. Fungsi platina untuk putuskan arus listrik yang mengucur lewat kumparan primer dari ignition coil. Akibatnya terjadi induksi listrik pada belitan sekunder

6. Kondensor

Kondenser berperan untuk menahan berlangsungnya loncatan bunga api listrik pada breaker poin. Kondenser biasanya ditempatkan melekat pada rumah distributor.

Tetapi salah satunya yang penting dipahami, bila kondensor hancur, contact platina akan cepat terbakar. Apabila Anda ingin menukarnya, yakinkan sama ukuran yang tepat.

Perlu diperhatikan tulisan yang ada di kondensor :0,15 mikro farad atau 0,22 mikro farad atau 0,25 mikro farad. Atau bisa saja sama ukuran lainnya.

7. Rotor

Rotor bersama tutup distributor berperan membagi arus listrik tegangan tinggi yang dibuat oleh ignition coil ke setiap busi Rotor berputar-putar bersama-sama dengan camlobe.

8. Tutup distributor atau distributor cap.

Tutup distributor ersama rotor berperan membagi arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel teganggan tinggi untuk masingmasing silinder.

9. Kabel tegangan tinggi

Kabel tegangan tinggi berperan untuk menyalurkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.

Kabel-kabel ini harus sanggup menyalurkan tegangan tinggi tanpa terjadi kebocoran. Oleh karenanya, kabel tegangan tinggi dibuntel dengan karet isolator yang tebal.

Tidak cuma itu, isolatornya dilapis dengan pembungkus khusus (sheath). Susunan ini untuk menahan masalah gelombang seperti dari dari radio.

10. Kabel busi

Kabel busi pada konsepnya sama dengan hal kabel tegangan tinggi. Namun memang mempunyai panjang masing-masing sesuai jarak di antara distributor dengan busi. Jumlah kabel busi sesuai jumlah silinder.

11. Busi

Busi berfungsi untuk mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi jadi loncatan bunga api lewat elektrodanya. Hingga membakar kombinasi udara dan bahan bakar di dalam silinder yang telah dikompresikan.

Kerja busi lumayan berat Karena busi harus bekerja pada suhu 2000 derajat celcius di saat pembakaran. Tapi harus tahan tentunya keadaan itu terjadi berkali-kali sepanjang mesin hidup. Disamping itu, busi harus juga kuat dengan penekanan yang tinggi seputar 8-13 bar.

12. Governor Advancer

Elemen ini dipasang di dalam distributor dan ada di bawah breaker plate (dudukan platina). Fungsi dari governor advancer ialah lebih memajukan saat pengapian sesuai perputaran mesin. Nama lain dari governor advancer ialah sentrifugal advancer. Karena kerjanya manfaatkan gaya sentrifugal.

Untuk mengecek apa sistem ini bekerja atau mungkin tidak, kita dapat putar kepala rotor searah perputaran rotor (seputar 30 derajat) dan bebaskan. Di saat dilepaskan, rotor harus balik ke tempat awal. Bila tidak dapat, peluang prosesnya macet.

13. Vakum Advancer

Fungsi vakum advancer untuk mengundurkan atau lebih memajukan saat pengapian di saat beban mesin semakin bertambah atau menyusut.

Cara Kerja Sistem Pengapian

Saat mengulas cara kerja sistem pangapian baterei konvensional ini, saya ajak Anda menyaksikannya pada beberapa keadaan yakni saat kunci contact ON dan saat mesin hidup. 

Sistem pengapian konvensional adalah satu rangkaian elemen yang dibikin untuk hidupkan recikan api busi pada interval waktu detil. Tetapi, percikan api itu hanya diperlukan waktu di saat awalnya cara usaha saja. Karena itu sistem pengapian konvensional bekerja sebagai pemutus arus yang bakal mengurus waktu busi untuk memercikan api hingga busi tidak berpijar secara terus-terusan.

1. Saat kunci contact ON

Cara kerja pengapian konvensional dimulai saat kunci contact pada status ON atau IGN. Ignition relay dan main relay akan aktif hingga arus listrik akan mengucur dari baterai ke ignition coil. Arus dari relay akan mengucur lewat ballast resistor (R) ke arah koil pengapian. Komponen ini memiliki dua buah kumparan yaitu kumparan primer dan sekunder.

Saat kumparan primer koil teraliri arus listrik dari baterei maka beralih menjadi elektro magnet. Saat itu arus dari primer koil disalurkan ke pemutus arus atau contact platina. Disamping itu saluran arus listrik yang mengucur ke kumparan sekunder koil akan dilanjutkan ke busi.

Arus listrik yang mengucur ke sistem pengapian masih kecil. Ini karena tidak ada pembongkaran tegangan pada coil karena tidak ada pergerakan pada rangkaian pemutus arus. Karena itu busi tidak berpijar waktu flywheel belum berputar-putar.

cara kerja sistem pengapian

Saluran arus:

Baterei -> Contact -> Resistor -> Primer Koil -> Platina -> Massa

2. Saat Mesin Distart

Sistem pengapian akan bekerja di saat flywheel atau kutub engkol diputar oleh sistem starter. Pada sistem pengapian konvensional, ada rangkaian pemutus arus. Elemen pemutus arus ini terkait dengan distributor. Saat itu kutub distributor yang terhubung dengan crankshaft mesin. Dengan begitu saat mesin berputar-putar karena itu elemen ini akan turut berputar-putar sesuai rpm mesin.

Pada kutub distributor ada cam atau nok yang banyaknya sama jumlah silinder mesin. Waktu cam berputar-putar karena itu cam atau nok ini akan sentuh kaki platina yang mengakibatkan breaker poin terangkat dan menyebabkan arus primer terputus.

Waktu platina buka karena itu arus listrik yang melalui kumparan primer koil terputus. Mengakibatkan kemagnetan pada koil lenyap dan muncul induksi pada sekunder koil.

Induksi primer koil mengucur ke kondensor. Saat itu induksi sekunder koil akan mengucur elemen distributor. Elemen ini akan salurkan listrik itu ke masing-masing busi dengan timing dan FO yang cocok. Sistem pengapian konvensional disebutkan sebagai sistem pengapian platina karena cara kerja platina pada pengapian konvensional penting.

cara kerja sistem pengapian
Saluran arus:

Primer koil -> Kondensor

Kumparan sekunder koil -> kabel tegangan tinggi -> tutup distributor -> rotor -> tutup distributor -> kabel busi -> busi

Proses di atas akan terjadi terus-terusan sepanjang mesin dihidupkan. Bila dilihat dengan cermat, bunga api akan dipercikkan di saat platina mulai buka, dan rotor akan selekasnya salurkan ke busi busi sesuai posisi pengapiannya (firing order).

Diatas merupakan ulasan terkait sistem pengapian baik pengertian, fungsi, komponen, maupun cara kerja sistem pengapian. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

Posting Komentar untuk "Sistem Pengapian Konvensional : Pengertian, Fungsi, Komponen, Dan Cara Kerja"